Nikson Nababan, calon Gubernur Sumut, memiliki rencana strategis untuk mengembangkan provinsi tersebut dengan fokus pada kawasan pedesaan. Dengan pengalaman selama satu dekade menjabat Bupati Tapanuli Utara, Nikson yakin Sumut bisa maju secara signifikan jika pembangunan dimulai dari tingkat desa. Ia menekankan pentingnya desa yang kuat untuk menunjang perekonomian suatu daerah. Pada tahun 2014, di wilayah Tapanuli Utara, Nikson memberikan sumbangan sebesar Rp 60 juta untuk masing-masing desa dengan tujuan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan fisik.
Selain menyediakan sumber daya finansial, Nikson memahami bahwa membangun desa membutuhkan infrastruktur yang memadai. Ia berkonsentrasi membangun jalan dan menyediakan akses ke 58 desa terpencil. Namun hal ini menjadi tantangan karena keterbatasan anggaran. Pada waktu itu, APBD Tapanuli Utara hanya memiliki anggaran sekitar Rp 800 miliar. Pada saat itu, Tapanuli Utara hanya memiliki anggaran keuangan sebesar Rp 800 miliar.
Pendekatan Nikson terhadap pembangunan desa patut dipuji karena beberapa alasan. Yang pertama dan terpenting, fokusnya pada daerah pedesaan mengakui pentingnya pembangunan akar rumput dalam mengangkat wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan berinvestasi di pedesaan, ia meletakkan dasar bagi pertumbuhan dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Pendekatan bottom-up ini memastikan bahwa manfaat pembangunan menjangkau mereka yang paling membutuhkan, sehingga mendorong distribusi sumber daya yang lebih adil.
Selain itu, penekanan Nikson pada pembangunan infrastruktur sejalan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Akses terhadap jalan raya dan jaringan transportasi yang baik sangat penting untuk kegiatan ekonomi, layanan kesehatan, dan kesempatan pendidikan. Dengan membuka desa-desa terpencil dan menciptakan konektivitas yang lebih baik, Nikson tidak hanya meningkatkan kualitas hidup penduduknya tetapi juga meningkatkan produktivitas wilayah tersebut secara keseluruhan.
Terdapat pula potensi tantangan dan kelemahan dalam strategi pengembangan Nikson. Salah satu perhatian utama adalah keberlanjutan pendanaan proyek desa. Meskipun mengalokasikan Rp 60 juta per desa merupakan awal yang baik, memastikan dukungan keuangan yang berkelanjutan untuk pemeliharaan berkelanjutan dan perluasan di masa depan mungkin merupakan sebuah tantangan, terutama mengingat terbatasnya sumber anggaran yang tersedia.
Keberhasilan rencana pembangunan desa Nikson bergantung pada tata kelola yang efektif, transparansi, dan akuntabilitas. Tanpa pengawasan dan pengelolaan yang tepat, terdapat risiko kesalahan pengelolaan dana, korupsi, atau inefisiensi dalam pelaksanaan proyek. Penting bagi Nikson untuk membangun mekanisme pemantauan yang kuat dan memastikan bahwa sumber daya digunakan secara efisien dan efektif.
Strategi Nikson Nababan untuk fokus pada pembangunan desa sebagai sarana untuk mendorong kemajuan secara keseluruhan di Sumatera Utara menunjukkan pendekatan pemerintahan yang berpikiran maju dan inklusif. Dengan menyalurkan sumber daya ke tingkat akar rumput dan memprioritaskan proyek infrastruktur, Nikson menyiapkan landasan bagi pertumbuhan berkelanjutan dan kemakmuran di wilayah tersebut. Namun, tantangan terkait keberlanjutan pendanaan dan efektivitas tata kelola harus ditangani secara hati-hati untuk memastikan keberhasilan jangka panjang dari inisiatif pembangunannya.